Khilaf, Benci, dan Cinta
(Dalam
Dekapan Ukhuwah - Salim A. Fillah)
seorang
kawan, dalam doa dan salamnya
di
berlalunya seperempat abad usiaku
kembali
mengenangkanku sebuah kaidah
“bencilah
kesalahannya, tapi jangan kau benci orangnya.”
betulkah
aku sudah mampu begitu pada saudaraku,
pada
keluargaku, pada para kekasih yang kucinta?
saat
mereka terkhilaf dan disergap malu
betulkah
kemaafanku telah tertakdir mengiringi takdir kesalahan mereka?
karena
aku tahu, bahwa terhadap satu orang aku selalu mampu membenci luputnya
tapi
tetap cinta dan sayang pada pelakunya
itulah
sikapku selalu, pada diriku sendiri
kucoba
cerap lagi kekata asy syafi’i
“aku
mencntai orang-orang shalih”
begitu
katanya, diiringi titik air mata
“meski
aku bukanlah bagian dari mereka
dan
aku membenci para pemaksiatNya
meski
aku tak berbeda dengan mereka.”
ya...
mungkin dia benar
tapi
dalam tiap ukhuwah dan cinta
dalam
tiap ikatan yang Allah jadi saksinya
aku
ingin meloncat ke hakikat yang lebih tinggi
karena
tiap orang beriman tetaplah rembulan memiliki sisi kelam,
yang
tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka
cukuplah bagiku
memandang
sang bulan
pada
sisi cantik yang menghadap ke bumi
tentu,
tanpa kehilangan semangat
untuk
selalu berbagi dan sesekali merasai
gelapnya
sesal dan hangatnya nasehat
sebagaimana
sang rembulan
yang
kadang harus menggerhanai matahari
Komentar
Posting Komentar