for my real Hero



Kepada ibuku tercinta,
Assalamualaykum,...

Entah apa yang menggerakkan hati dan tangan ini untuk menulis surat buat ibu. Apalagi rasanya jarang sekali bercerita atau terbuka tentang suatu hal sama ibu. Entahlah, hanya ingin saja.. ^^

Rasanya waktu berjalan begitu cepat ya, bu. Usia ibu sekarang sudah 44 tahun (semoga gak salah..hehe..). Dan aku sekarang sudah semester 5. Bayi kecilmu dulu sekarang sudah beranjak dewasa. Do’akan aku selalu ya,bu.

Bu, terkadang aku merindukan masa kecilku. Bagaimana ibu dulu mendidik kami dengan sangat disiplin. Belajar dengan rentang waktu tertentu dan ndak boleh pergi dari meja belajar sebelum waktunya. Inget saat ibu jemput aku waktu masih SD. Naik sepeda pancal di terik siang yang panas, dan itu tiap hari. Padahal kalau inget jarak rumah ke sekolah dulu lumayan jauh. Tapi ibu tetep semangat, ndak pernah ngeluh. Dan dulu waktu kecil aku ndak pernah nyadar itu semua, bahkan kalau telat sedikit saja aku udah ngedumel.
Yang aku inget lagi waktu ibu jualan kerupuk. Naek sepeda pancal kemana-mana nganter kerupuk ke warung-warung, bahkan sampai ke SD juga. Subhanallah, begitu besarnya perjuangan ibu buat bantu bapak, buat menghidupi kita. Tapi waktu itu yang sempat terbersit dalam pikiranku justru terkadang aku malu ibu jualan kerupuk.
Ibu selalu hadir waktu aku lomba badminton. Walaupun ndak terlihat seramai orang yang menonton tapi aku tahu ada harapan besar dalam benak ibu. Wajah penuh harap itu Bu, yang terkadang aku ndak kuat untuk melihatnya. Aku tak ingin mengecewakanmu. Hingga aku terkadang berharap ibu ndak usah ikut menonton saat aku bertanding.
Waktu aku sakit demam berdarah, awalnya aku ndak tau kalau ibu sampai nangis. Aku membuat ibu menangis dan khawatir lagi. Tapi waktu itu aku justru berpikir yang ibu lakukan terlalu berlebihan.

Bu, maafkan aku yang tak pernah bisa melihat perjuangan dan pengorbanan dibalik sikapmu. Padahal semua itu ibu lakukan karena sangat menyayangiku. Semua itu ibu lakukan hanya karena sebuah harapan yang sederhana, ‘ingin anak-anaknya menjadi lebih baik’. Maafkan aku, bu.

Bu, sekarang aku jauh dari ibu. Terkadang aku merindukan kehadiran ibu saat ada masalah atau hati ini gundah. Ingin rasanya ibu hadir disisiku, menemaniku, dan hanya dengan begitu hati ini rasanya akan bisa tenang. Tapi semua itu selalu berujung gerimis. Aku hanya bisa menangis sendiri dalam dekapanNya.

Ibu, aku tak ingin menangis sekarang. Tapi entah mengapa aku menangis saat menuliskan ini. Mungkin karena aku belum bisa memberikan yang terbaik buat ibu. Aku belum bisa membuat ibu bangga. Aku hanya bisa membuat ibu menangis dan khawatir. Bu, aku cinta ibu. Aku sayang ibu, walau ini tak terucap. Sama halnya ibu tak pernah mengucap kata cinta pada anak-anak ibu, tapi aku tau ibu mencintai kami. Kecintaan ibu yang bahkan jauh lebih besar dan tak terwakili oleh kata cinta itu sendiri.

Bu, aku bangga menjadi anakmu, aku tak pernah malu sedikitpun. Aku akan dengan bangga mengenalkan ibu pada siapa pun, karena bagiku ibu adalah spesial dan membanggakan. Bahkan jika aku terlahir kembali ke dunia dan disuruh memilih siapa ibuku, aku tak akan ragu memilih rahimmu sebagai alam kecilku. Sepuluh bulan ibu membawaku kemana-mana dalam kandungan, menyusui, mengganti popokku, terjaga disaat malam hanya karena tangisku, menyuapiku, mengantarkanku ke sekolah, dan masih sangat banyak lagi yang ndak akan pernah selesai jika kutuliskan semua. Ibu adalah ibu nomor satu di dunia.

Terima kasih banyak ya Bu, atas semua ini. Maafkan aku yang belum bisa membuat ibu bahagia dan bangga. Maafkan aku atas segala kenakalan yang membuat ibu jengkel, kata-kataku yang sering menyakiti, serta air mata yang pernah menetes karenaku. Rasanya segala doaku untuk bahagiamu, kesehatanmu, keselamatanmu, tidak akan pernah mampu menutupi sepersepuluh saja pengorbananmu bagiku, bagi kami. Terlalu besar Bu, pun terlalu mulia segala pengorbananmu, jika hanya do'a sederhanaku itu yang jadi balasanku atas segala pengorbanan ibu. Hanya Allah saja Bu, harapanku.

Ibu, hanya satu pintaku. Jangan pernah berhenti mendo’akanku, ya. Mendoakan segala hal yang terbaik untukku sampai kapanpun. Karena bagiku do’a ibu adalah hadiah terindah dalam hidupku. ^^


9 November 2011,
Bungsumu yang akan selalu berjuang dan merindukanmu.


Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibu telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapih dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali
[Luqman : 14]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panda Gendut

PraPemberangkatan

Pengin Kuliah