Miniatur Kehidupan


Berapa banyak waktu yang kamu luangkan buat olahraga dalam seminggu?... Tiap hari?...3x seminggu?...1x seminggu? (itu pun karena jadwal olahraga di sekolah biasanya..hehe..)...atau bahkan tidak ada?.. Well,.. olahraga secara sekilas memang hal yang melelahkan, membosankan, dan bagi yang gak suka mungkin bisa jadi hal yang membuang-buang waktu dan gak penting.

Tapi lain halnya bagi para pecinta olahraga atau orang2 yang menggeluti dunia yang satu ini. Bagiku, olahraga itu bukan sekedar untuk menjaga kebugaran tubuh atu jalan untuk berprestasi. Tapi lebih dari itu, olahraga adalah sebuah miniatur kehidupan. Tempat belajar banyak hal tentang nilai-nilai kehidupan. Belajar tentang . . .
Persahabatan. Bergabung di suatu club olahraga bakal menambah banyak kenalan. Entah berapapun usianya. Dan dari situ aku dulu mendapat sahabat-sahabat yang akhirnya akrab hingga sekarang. Persahabatan juga gak hanya sesama tim, tapi juga sama lawan. Di lapangan kita adalah musuh, tapi diluar lapangan kita adalah sahabat.
Anti putus asa/menyerah. Seorang juara itu gak boleh dan harusnya gak kenal putus asa. Karena jika memilih putus asa, perjuangannya bakal terhenti cuma sampai di situ. Stop. Maka ‘sang juara’ hanya akan menjadi angan-angan. Tapi justru ketika gagal, saat itu juga ada energi lebih untuk bisa lebih baik lagi dan tekad untuk gak kalah lagi.
Sportifitas. Kata-kata ini yang sering digaungkan dalam setiap pertandingan. Yap, sebuah pertandingan menuntut kita jujur, fair play, dkk. Dan pilihan itu kembali pada diri kita. Pada hati kita...
Memotivasi diri sendiri. Semangat itu gak selamanya menyala dalam diri ini. Ada kalanya semangat ini tiba-tiba redup apalagi kalau si malas datang. Di saat itulah kita tidak hanya bisa mengandalkan orang lain buat membangkitkan semangat kita. Tapi kita sendiri yang harus bisa bangkit,... segera... secepatnya...
Mengendalikan emosi. Saat bertanding harus benar-benar bisa menjaga emosi, gak mudah terbawa suasana, tetap tenang, tetap optimis walaupun scorenya lawan udah hampir finish, tetap sabar mendengar omongan-omongan penonton yang terkadang menjatuhkan. Semua itu harus dikendalikan dalam satu waktu tanpa harus meninggalkan untuk tetap menjaga permainan yang ‘apik’ dan fokus.
Kreatifitas. Saat di lapangan, gak ada lagi yang bisa diandalkan selain diri kita dan bantuan-Nya. Dengan begitu menuntut kreatifitas dan pengambilan keputusan yang cepat dalam memecahkan kebuntuan untuk bisa mengalahkan lawan.
Belajar untuk percaya pada kemampuan diri sendiri.
Kerja sama. Belajar mengesampingkan ambisi pribadi untuk kepentingan bersama.
Belajar rendah hati dan menerima kekalahan. Dalam setiap kompetisi pasti ada yang menang dan kalah. Belajar rendah hati saat kita di atas, dan tetap lapang dada saat kita kalah dan tersenyum sambil memberikan ucapan selamat pada lawan kita. Bukan hal yang mudah, dan perlu waktu untuk belajar tentang hal ini.

Dan yang pasti, dari olahraga banyak belajar tentang . . .
Harga sebuah kesuksesan. Kesuksesan itu mahal harganya. Harus dicapai dengan sebuah pengorbanan dan perjuangan. Menuntut kita untuk bekerja keras, disiplin, dan gak mudah menyerah. Inget waktu dulu, buat mempersiapkan kejuaraan di daerah aja harus lari beberapa kilo dengan kontur jalan yang menanjak secara rutin. Lari mengelilingi 4x lapangan bulutangkis sebanyak 20 putaran. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan.
Dalam olahraga juga segala hal bisa saja terjadi di lapangan. Sesuatu yang tidak mungkin jadi mungkin. Dan itu bergantung pada diri kita, semangat kita, keyakinan kita, kemampuan kita...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panda Gendut

PraPemberangkatan

Pengin Kuliah