Generasi Bersih

Mencoba menulis ala mahasiswa. :D

Sejarah mencatat banyak perubahan di Indonesia yang dipelopori oleh mahasiswa. Dari Boedi Oetomo di tahun 1908 hingga paling populer ketika mahasiswa berhasil menggulingkan kekuasaan Soeharto di tahun 1998 dengan menduduki gedung DPR/MPR. Saat ini mahasiswa diharapkan dalam beberapa tahun mendatang menjadi generasi penerus yang mampu melakukan perubahan besar sehingga dapat membangun Indonesia lebih baik, terutama dalam mengatasi korupsi yang menggila. Dimana korupsi yang saat ini telah menggurita memerlukan sosok berani dan merdeka, sungguh-sungguh dalam berkiprah, teladan dalam perilaku nyata, terdepan membentengi negeri dan mampu melawan penyelewengan di setiap lini.


Sebenarnya, seseram apakah korupsi di Indonesia?
Dalam acara Mata Najwa of air, Bapak Mahfud MD (mantan ketua MK)  menceritakan pengalamannya yang berkesan saat mengadili kasus korupsi, yaitu kasus Bibit-Chandra. Begitu berkesan karena ketika kasus itu disidangkan pada tahun 2009 ternyata masih berbuntut panjang hingga saat ini. Hal ini menunjukkan
mafia hukum yang kata orang tidak ada buktinya, saat di mahkamah tinggi ada buktinya, dimana pejabat tinggi polri, kejaksaan, pengacara saling jual beli perkara terekam dengan jelas.  Kasus yang beliau ketok satu kali ternyata berbuntut panjang sampai sekarang dalam rangka pemberantasan korupsi.  

Dalam dialog tersebut, Wakil ketua KPK (Bambang Widjojanto) menambahkan, "Kalau dulu yang melakukan korupsi adalah laki-laki, sekarang muncul perempuan. Kemudian semakin berkembang tidak hanya laki-laki dan perempuan tetapi anaknya juga. Korupsi melahirkan proses reproduksi di dalam keluarga. Cara berkomunikasi dalam korupsi juga mengalami perkembangan. Bahkan saat ini kalimat-kalimat thoyyibah digunakan untuk kejahatan."

Berbeda dengan kedua tokoh sebelumnya, Nasionalis Pandji Pragiwaksono mengutarakan pendapatnya akan kekhawatiran yang bukan pada korupsinya tetapi pada anggapan anak muda Indonesia terhadap korupsi. Seharusnya ketika melihat berita korupsi di koran atau televisi menurutnya harusnya kita bahagia karena itu berarti korupsinya ketahuan, berarti sedang ada kasus yang disidik/ disidangkan yang menandakan adanya perlawanan. Sialnya banyak anak muda yang pesimis. Sehingga masalah besar Indonesia sebenarnya bukan pada kemampuan kita tapi pada kepercayaan diri kita, kita mampu tapi tidak ada yang percaya.

Ironisnya lagi berdasarkan survey yang dilakukan TII (Transparansi Internasional Indonesia) menyebutkan bahwa kalangan muda lebih memilih cuek melihat praktek korupsi di sekitarnya. Dari 2000 responden, 60% tidak akan melakukan pengaduan jika ada kecurangan di sekitarnya. Hal ini dibenarkan oleh Pandji Pragiwaksono dimana kebanyakan orang akan membiarkan kejahatan yang terjadi di sekitarnya. Dia kemudian menekankan bahwa biarpun sedikit diantara kita yang berani melakukan perlawanan terhadap korupsi, jangan gentar. Kita tidak perlu berama-ramai karena semua perubahan di dunia datang dari kelompok kecil yang sangat menginginkan perubahan.
Dalam dialog penutupnya, Pandji mengemukakan hal praktis dan konkrit yang tidak sederhana. Ia mengatakan, "Mengapa kebanyakan diantara kita tidak mau melakukan perlawanan terhadap korupsi atau susah membuat diri kita bersih? Alasannya adalah motivasi. Banyak diantara kita tidak merasa memiliki Indonesia. Banyak anak Indonesia yang belum merasa bahwa Indonesia adalah rumah mereka, jadi akan berpikir mending nyuruh pemerintah, mending saya nyuruh KPK. Kalau saja kita sadar bahwa Indonesia adalah rumah kita, berarti kita yang harus beresin, kita yang lawan korupsi!"
Yap.

#meimenulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panda Gendut

PraPemberangkatan

Pengin Kuliah