Pilihan Hidup
Seusai
membaca buku Habibie&Ainun, saya tertarik sekali dengan penggalan kalimat
ini.
“Mengapa
saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya
bekerja waktu itu. Namun saya pikir: buat apa uang tambahan dan kepuasan batin
yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh
anak bergaji tinggi dengan risiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak
sendiri? Apa artinya ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya
anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya? Anak
saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak,
seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi
tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup
pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu.” –Ainun Habibie-
Ada
banyak perempuan yang berpendidikan tinggi kemudian lebih memilih untuk menjadi
ibu rumah tangga. Tak sedikit juga seorang perempuan karir yang juga berhasil
dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu.
Hidup
adalah sebuah pilihan. Tak ada yang salah dan tak ada yang paling benar. Apapun yang kita yakini, maka pilihlah itu dan kerjakan
dengan sebaik-baiknya. Tak ada yang rugi andaikan perempuan yang berpendidikan
tinggi kemudian memilih menjadi ibu rumah tangga. Bukankah bangku perkuliahan
bukan semata-mata bertujuan untuk bekal mencari pekerjaan? namun lebih kepada pembelajaran pola
pikir yang lebih luas.
Sekali lagi, ini soal pilihan. Tak ada yang hina ataupun paling mulia. Yang terpenting, segala kewajiban seorang istri dan ibu telah kita jalankan.
#meimenulis
Komentar
Posting Komentar