Wejangan

Filosofi ketapel

Untuk memainkan ketapel dia harus ditarik sekuat tenaga hingga akhirnya melesat sejauh mungkin. Tak mengapa kuliah telat satu semester, atau terkadang satu tahun tapi setelah itu melesat melebihi orang-orang yang lulus tepat waktu.

23 Mei 2013, saat saya dan teman-teman satu dosen pembimbing berkumpul untuk 'merayakan' ulang tahun dosen pembimbing saya. Acara yang cukup sederhana dengan hanya bertemankan tumpeng nasi kuning. Begitu nikmat saat disantap, ditemani suara hujan dan canda tawa hangat.

Setelah menceritakan filosofi ketapel, beliau melanjutkan..

"Kita hidup selalu dihadapkan pada permasalahan. Dulu saya terancam tidak bisa melanjutkan sekolah karena sawah bapak saya sudah beberapa tahun tidak panen. Tapi saya tetap berkemauan keras untuk bisa sekolah. Saya kuliah dengan biaya sendiri. Saya mengajar di LBB, menulis artikel untuk dikirim ke media cetak, menerima jasa pengetikan. Selepas maghrib, hari Minggu biasanya teman-teman satu kos nonton bareng di kos. Melihat mereka ramai-ramai nonton, hati saya kepengen tapi saya harus pergi ngelesi. Ya ndak apa-apa, tapi setelah itu saya bisa beli tv sendiri dan saya tonton sendiri."

Kemudian beliau menceritakan pengalamannya bisa ke luar negeri untuk pertama kali,

"Hal utama yang harus dimiliki  adalah ‘keinginan’. Ketika sudah ‘ingin’ maka sekuat tenaga kita akan berusaha untuk memenuhi keinginan itu. Dulu saya kepingin banget ke luar negeri, entah bagaimana caranya. Lalu saya lihat ada pengumuman workshop di Jepang. Saya nekat saja mengirimkan email pada CP yang ada di pengumuman itu. Saya katakan bahwa saya kepengen sekali bisa ikut dalam workshop tersebut. Berkali-kali saya mengirim email. Akhirnya saya lolos dan pihak sana sendiri yang menyeleksi saya. Jadi salah satu cara agar bisa diterima yaitu dengan menghubungi langsung pada CP-nya karena akan menunjukkan keseriusan atau kemauan kita."

Suasana 'perayaan' ulang tahun itupun amat sangat berkesan untuk saya pribadi. Mendengar kisah sukses dari salah satu orang yang saya kagumi. Seorang profesor yang low profile, memiliki pengetahuan agama yang luas, berkharisma dan sangat menyenangkan dalam menyampaikan materi.

Terima kasih, Prof.

#meimenulis